Taman Nasional Ujung Kulon
Description
Taman Nasional Ujung Kulon atau TNUK adalah salah satu taman nasional tertua di Indonesia yang telah diresmikan sebagai Situs Warisan Dunia oleh UNESCO pada tahun 1991.
Kawasan taman nasional ini pada mulanya meliputi wilayah Gunung Krakatau dan sekitarnya, Pulau Handeuleum, Pulau Peucang, Pulau Panaitan dan Semenanjung Ujung Kulon. Kawasan taman nasional ini mempunyai luas sekitar 122.956 Ha; (443 km² di antaranya adalah laut), yang dimulai dari tanah genting Semenanjung Ujung Kulon sampai dengan Samudra Hindia.
Berdasarkan catatan sejarah, pada awalnya Ujung Kulon adalah daerah pertanian pada beberapa masa sampai akhirnya hancur lebur dan habis seluruh penduduknya ketika Letusan Gunung Krakatau pada tanggal 27 Agustus 1883 yang akhirnya mengubahnya kawasan ini kembali menjadi hutan.
Kawasan TN Ujung Kulon secara administrative terletak di Kecamatan Sumur dan Kecamatan Cimanggu, Kabupaten Pandeglang, Banten. Secara geografis Taman Nasional Ujung Kulon terletak antara (06°52′17″S 105°02′32″E) dan (06°30′43″S 105°37′37″E).
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 284/Kpts-II/1992 tanggal 26 Februari 1992 tentang Perubahan Fungsi Cagar Alam Gunung Honje, Cagar Alam Pulau Panaitan, Cagar Alam Pulau Peucang, dan Cagar alam Ujung Kulon seluas 78.619 Ha dan Penunjukan perairan laut di sekitarnya seluas 44.337 Ha yang terletak di Kabupaten Daerah Tingkat II Pandeglang, Provinsi Dati I Jawa Barat menjadi Taman Nasional dengan nama Taman Nasional Ujung Kulon maka luas kawasan TN Ujung Kulon adalah 122.956 Ha.
Tiket masuk ke Taman Nasional ini dapat diperoleh di kantor Balai Taman Nasional atau secara online di website resminya.
TN Ujung Kulon telah menjadi satu-satunya habitat dari badak jawa. Taman Nasional Ujung Kulon juga menjadi satu-satunya tempat di dunia bagi perkembangbiakan badak jawa secara alami.
Di taman nasional ini terdapat sekitar 30 jenis mamalia, yang terdiri dari mamalia ungulata seperti Badak, Banteng, Rusa, Kijang, Kancil, dan Babi Hutan, mamalia predator seperti Macan Tutul, Anjing hutan, Macan Dahan, Luwak dan Kucing hutan, mamalia kecil seperti walang kopo, tando, landak, bajing tanah, kalong, binturung, berang-berang, tikus, trenggiling dan jelarang.
Di antara Primata terdapat dua jenis endemik, yaitu Owa dan Surili. Sedang jenis Primata lain adalah Lutung (Presbytis cristata), Kukang (Nycticebus coucang) dan Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) mempunyai populasi yang cukup baik dan tersebar di sebagian kawasan.
Banteng Jawa (Bos javanicus) liar mencari makan di ladang pengembalaan, kawasan TNUK, Pandeglang, Banten. Banteng jawa merupakan salah satu dari tiga satwa mamalia yang dilindungi secara prioritas keberadaannya di kawasan tersebut selain Badak Jawa dan Owa Jawa.
Banteng Jawa liar mencari makan di ladang pengembalaan, kawasan TNUK, Pandeglang, Banten. Banteng jawa merupakan salah satu dari tiga satwa mamalia yang dilindungi secara prioritas keberadaannya di kawasan tersebut selain Badak Jawa dan Owa Jawa.
Banteng (Bos javanicus) merupakan binatang berkuku terbesar dan terbanyak jumlah populasinya (± 500 ekor). Satwa ini hanya terdapat di Semenanjung Ujung Kulon dan Gunung Honje, serta tidak dijumpai di Pulau Panaitan.
Rusa (Cervus timorensis) di Semenanjung Ujung Kulon dan Gunung Honje terdapat dalam jumlah dan penyebaran yang sangat terbatas,dan di Pulau Peucang tedapat dalam jumlah yang sangat banyak, dan di Pulau Panaitan menunjukan perkembangan yang semakin banyak. Babi hutan (Sus scrofa), muncak (Muntiacus muntjak) dan pelanduk (Tragulus javanicus) relatif umum terdapat di seluruh kawasan, tetapi celeng (Sus verrucosus) hanya di jumpai di Semenanjung Ujung Kulon dan Gunung Honje.
Contact Information
Review
Write a ReviewThere are no reviews yet.